Jumat, 15 Juni 2012

Dahlan Iskan Panen Padi Pro Beras BUMN di Kulonprogo

Wates, InfoPublik - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menepati janjinya kembali datang ke Kabupaten Kulonprogo untuk melakukan panen padi program proberas BUMN, di Triharjo, Wates, pada Selasa (12/6) sore.



Seperti biasa, dia hanya mengenakan baju putih dan celana panjang warna hitam serta tak ketinggalan sepatu kets yang tetap tidak lepas dari kebiasaan. Namun kedatangannya kali ini sedikit berbeda dibanding saat pertama kali dulu ketika melakukan tanam padi. Datang tengah malam dan tidur sekedarnya di rumah warga berlantai tanah.
Kali ini, Dahlan yang didampingi Dirut PT.Sang Hyang Seri Sri Edy Budiyono, sore hari telah tiba di pedukuhan Seworan atau tepat pukul 19. 05 WIB.
Begitu tiba, Dahlan yang disambut Bupati Kulonprogo dr.H.Hasto Wardoyo,Sp.OG(K) langsung menuju rumah Zainuri yang kondisi rumah telah permanen dan sempurna.
Hanya selang 5 menit, kemudian menuju rumah Hadi Sumarto yang menjadi tempat tidur pada saat kunjungan sebelumnya untuk nostalgia. Sebelum istirahat, Dahlan menyempatkan makan malam bersama warga masyarakat yang telah menunggu di rumah Mardi Utomo dan melakukan saresehan.
Pagi harinya, Rabu (13/6) usai sholat subuh di masjid Nuruh Huda, melakukan jalan kaki menyusuri pedukuhan Seworan, yang dilanjutkan sarapan pagi sebelum melakukan panen padi perdana di areal Binaan Program Pro Beras BUMN PT.Sang Hyang Seri (SHS) di Kelompok Tani Ngudi Makmur dan KT Sido Dadi.
Menurut Ketua KT.Ngudi Makmur, Slamet, hasil panen padi perdana ini dari sampel ubinan yang dilakukan panen padi pada Musim Tanam (MT) II tersebut, mencapai rata-rata 8,6 sampai 9,1 ton per hektare dengan varietas padi jenis Inpari 13 dan Ciherang.
“Sebelumnya tanam padi pada MT II biasanya hasilnya menurun dibanding MT I, tetapi dengan bantuan program proberas BUMN ini ternyata hasilnya hanya selisih 3 kg saja perhektarnya,” kata Slamet.
Ke depan Slamet mengusulkan untuk MT I petani dibantu program proberas dan MT II dipinjami dalam hal pupuk,bibit, pengobatan hama yang dibayar para petani ketika panen atau yarnen (bayar setelah panen)
Dahlan mengaku dirinya merasa puas dengan keberhasilan para petani di Triharjo, yang sebelumnya sangat pesimis untuk hasil panen padi MT II karena sebelumnya dibanding MT I hasil panen merosot 40 persen disebabkan seluruh kekayaan tanah sudah disedot pada masa tanam MT I sehingga MT II sudah tidak banyak vitamin lagi.
Tetapi dengan program pro beras yang ditangani PT SHS dikelola dengan manajemen yang baik seperti waktu tanam, pemupukan tepat waktu, hasilnya hanya turun beberapa persen saja atau 3 kilo perhektarnya atau hampir tidak ada artinya.
“Sehingga program ini bisa dikembangkan atau dilanjutkan, saat ini baru dikembangkan 200 hektare yang ikut program pro beras baru 10 hektare saja. Karena kenyataan petani sudah diuntungkan, dengan hasil sekitar 8,5 ton yang diambil SHS hanya 5,5 ton maka petani untung 3 ton, yang untung dua, petani dan negara karena beras mestinya tidak cukup menjadi cukup nantinya,” kata Dahlan.
Setelah melihat keberhasilan ini, Dahlan akan mengembangkan di empat wilayah yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, yang melibatkan empat BUMN yakni PT.SHS, PT.Pertani, Bulog dan Pupuk Indonesia.
Menurut Dirut PT.Sang Hyang Seri Sri Edy Budiyono, program pro beras BUMN PT.SHS pada tahun ini terdapat 500.000 hektare yang telah dilakukan di seluruh Indonesia termasuk di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan, yang sampai Juni ini telah mencapai 348.000 hektare.
Terkait kebijakan impor beras, menurut Dahlan, biasanya pada bulan Mei dan Juni sudah ada keputusan Impor, namun sampai saat ini berkali-kali rapat belum ada keputusan, meski tidak berani menjamin apakah tahun ini bisa impor lagi.
Namun kalau melihat hasil panen MT II semua wilayah sama sangat optimis tidak impor, meski kadang-kadang kita harus impor untuk memenuhi permintaan beras yang harganya Rp60.000 perkilonya, seperti untuk memenuhi kebutuhan di restoran-restoran Jepang.
Sementara Bupati Kulonprogo.H.Hasto Wardoyo dalam acara saresehan selain menjelaskan berbagai kegiatan yang telah dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat dalam program bela dan beli Kulonprogo, juga sangat mendukung program Kementerian BUMN Gerakan pro beras.
Di Kulonprogo produksi beras mencapai 120.000 ton pertahun, yang dimakan masyarakat hanya 36.000 ton, namun agak tergelitik karena setiap bulan masih menerima raskin (beras miskin.
Sungguh ironis Kulonprogo sebenarnya swasembada beras tetapi masih terima raskin besarnya 450.000 ton perbulan apabila harganya Rp5.000 sekitar Rp.2 milyar, bahkan mulai Juni meningkat 750 ton lebih senilai sekitar Rp3,5 milyar.
“Saya tadi menyampaikan kepada pak menteri alangkah indahnya kalau Kulonprogo dijadikan Pilot Project, kemudian raskin Kulonprogo boleh diadakan oleh Gapoktan Kulonprogo sendiri,” katanya.
Insya allah ia dan Kadinas Pertanian menjadi taruhannya. “Artinya kami hanya semangat saja, tidak ada sak lugut pinorosewu mau bakul atau bathi hanya doyo-doyo agar bagaimana berasnya petani melalui gapoktan bisa dibeli oleh masyarakat Kulonprogo, sehingga petani sejahtera,” kata Hasto.
Terkait permintaan Bupati tersebut , menteri meminta Bulog mengkaji tentang raskin dalam seminggu ini karena secara teori dan praktek tidak masalah. Baru mau menghitung masalah harganya, nanti menyulitkan daerah apa tidak karena Bulog sendiri membeli raskin dengan uangnya Bulog dari pinjaman.
Sebelumnya, Kabulog DIY Darsono Imam Yuwono yang diminta langsung menjawab tentang raskin oleh Menteri mengaku tidak ada kesulitan untuk memenuhi keinginan Bupati Kulonprogo.
“Hanya pandangan orang, beras yang masuk di gudang Kulonprogo dianggap dari jauh, padahal dari mitra Kulonprogo sendiri seperti Gapoktan,” terang Darsono yang juga menjelaskan bahwa Gudang Bulog di Sogan hanya kapasitas 3.500 ton, namun sekarang telah terisi 4.500 ton.
Darsono menambahkan Bulog membeli beras petani, yang dari luar Kulonprogo perkiraan 30-40 persen sedangkan dari Kulonprogo sekitar 60 persen. Namun demikian ada beras dari Kulonprogo yang ke luar daerah seperti di Bantul, Sleman bahkan Wonosari.(MC Kulonprogo/her/toeb)

0 komentar:

Posting Komentar